Monday, August 9, 2010

Trio Musketri

Aku ingat, aku amat bersemangat saat pertama kali melihat cover buku ini! Trio Musketri adalah versi terjemahan dari sebuah kisah patriotik karya Alexandre Dumas: The Three Musketeers.

Saat aku kecil, kira-kira ketika aku duduk di bangku akhir SD, orang tuaku pernah memberiku sebuah buku lumayan tebal, yang isinya (kalau tak salah mengingat) 3 cergam klasik. Salah satunya yang paling menjadi favoritku adalah The Three Musketers. Three Musketeers adalah julukan 3 orang (dan selanjutnya ditambah seorang lagi) ksatria pengawal dan pembela Raja Perancis, yang waktu itu (sekitar tahun 1800-an) dikisahkan dijabat oleh Louis XIII.

Sebelum merobek plastik pembungkus buku Trio Musketri ini, aku mengingat-ingat nama ke-empat musketri itu. Ah ya...Athos, Porthos, Aramis, dan yang termuda dan terakhir bergabung: D'Artagnan. Dan aku jadi teringat semboyan yang selalu mereka ucapkan saat hendak bertarung bersama: one for all, and all for one (atau kebalikannya ya?..). Semboyan itu mereka ucapkan sambil mereka membentuk formasi lingkaran, dan saling menyentuhkan ujung pedang masing-masing ke bawah. Yang membantuku mengingat lebih baik, adalah sebuah film yang pernah aku tonton 2 kali, yang mengambil kisah three musketers ini, yaitu: The Man With The Iron Mask yang dibintangi oleh si ganteng Leonardo Di Caprio, sebagai raja Louis, serta Gerard Depardieu yang menjadi salah satu musketers (kalau tak salah Porthos...).

Pada jaman Raja Louis XIII bertakhta, ada 2 kekuatan yang secara tak langsung menguasai negara Perancis. Di satu pihak ada Raja, yang notabene harusnya menjadi penguasa dan pemimpin tertinggi, dan di lain pihak ada Kardinal (pemimpin di Gereja Katolik, setingkat di bawah Paus). Raja Louis XIII adalah sosok yang tak terlalu tegas, dan sering mudah dipengaruhi. Sedangkan Kardinal Richeliu adalah sosok yang ambisius, pandai dan berani, yang sering mempengaruhi Raja demi kepentingannya sendiri. Kedua kubu ini memiliki pasukan pengawal pribadi masing-masing. Di kubu Louis XIII ada kelompok musketri, di mana ada 3 orang ksatria yang paling menonjol, hebat dalam bermain pedang, cerdas, sekaligus amat setia pada Raja dan negara. Namanya Athos, Porthos dan Aramis. Sedangkan Kardinal memiliki pasukannya sendiri juga. Di antara antek-anteknya, ada seorang wanita cantik nan kejam yang amat pandai dalam membuat rencana dan merayu pria. Namanya Milady.

Dalam situasi seperti itulah D'Artagnan muda yang berasal dari desa, berani, terang-terangan dan pemarah, datang ke ibukota untuk melamar menjadi anggota musketri. Sebelum ia benar-benar diterima, ia sudah tanpa sengaja membuat gara-gara dengan 3 orang dari para musketri. Dan seperti layaknya kebiasaan para ksatria saat itu, D’Artagnan akhirnya ditantang berduel oleh ketiga musketri itu pada waktu yang berbeda, meski penyebabnya hanyalah hal remeh-temeh.

Ketika D’Artagnan datang ke lokasi duel, ia baru menyadari bahwa ketiga musketri yang menantangnya itu adalah Trio Musketri yang termasyur itu. Dari sanalah akhirnya mereka berempat menjadi sahabat yang tak terpisahkan.

Trio Musketri sangat mengasyikkan dibaca, karena selain alurnya yang cepat, seringkali tingkah kocak ketiga musketry menarik juga diikuti. Tokoh sentral di kisah ini memang D’Artagnan. Karena selain ia terbukti sosok dengan karakter pemberani dan cerdik, hingga ia diincar oleh Kardinal Richeliu untuk direkrut, ia juga seorang pemuda yang gagah dan tampan sehingga beberapa kali terlibat kisah asmara. Cintanya yang pertama dan paling langgeng adalah dengan Constance, si penjahit yang sering menjadi suruhan Ratu.

Selain politik, yakni perseteruan Prancis dan Inggris, kisah ini juga dibumbui dengan kisah percintaan yang menjadi skandal antara Ratu dengan Duke of Buckingham, bangsawan Inggris. Skandal inilah yang diincar oleh Kardinal untuk menghancurkan Duke of Buckingham. Namun berkat kecerdikan D’Artagnan dan trio musketri, rencana yang dilancarkan oleh Kardinal bekerja sama dengan Milady dapat dipatahkan.

Kecerdikan dan kekejaman Milady juga menjadi salah satu pewarna dalam kisah ini. Apalagi setelah D’Artagnan jatuh ke pesona kecantikan Milady, dan sempat jatuh cinta sesaat pada wanita ini, yang sebenarnya hanya ingin memperalat D’Artagnan. Hebatnya, dalam setiap jatuh bangun masing-masing musketri, ketiga sahabatnya akan siap untuk membantu. Makanya, sangat pas dan dalam arti semboyan yang mereka usung: One for all, and all for one.

Pada akhirnya, kita dapat belajar banyak tentang adat dan kebudayaan di Prancis saat abad ke 18, dengan sikap para ksatrianya yang menyelesaikan masalah dengan duel, dan intrik-intrik politik yang menghalalkan segala cara, juga kisah cinta yang menyentuh, serta persahabatan, patriotik, kesetiakawanan dan kesetiaan pada sahabat, raja dan negara. Sungguh-sungguh bacaan yang menggugah, mendidik sekaligus menghibur!

Judul buku: Trio Musketri
Pengarang: Alexandre Dumas
Penerbit: Serambi