Pages

Pages 2

Thursday, April 26, 2012

D’Artagnan on The Man In The Iron Mask


D’Artagnan
The Man In The Iron Mask by Alexandre Dumas



Masih ingat D’Artagnan, musketeer yang termuda saat bergabung dengan Three Musketeers? Karakternya makin nampak di buku ini dibanding ketika di Three Musketeers (yang lebih banyak menampilkan action-nya).

Lebih dari 20 tahun berlalu, ketika rekan-rekannya sudah memilih jalan hidup masing-masing, D’Artagnan masih mengabdi pada Raja Prancis (di kisah ini Louis XIV), kini sebagai Kapten Musketeers. D’Artagnan adalah sosok yang kesetiaannya kepada Raja tak diragukan. Hal ini sudah diakui Louis XIV sendiri maupun rekan-rekan dan semua orang yang mengenalnya. Namun, prinsipnya yang selalu menjunjung tinggi kehormatan, kesetiaan dan persahabatan membuatnya sulit untuk dapat menuruti semua perintah Raja Louis XIV yang semena-mena. Bagaimana kiat D’Artagnan untuk menyeimbangkan kedua hal yang penting baginya inilah yang membuat sosoknya menarik.

Yang paling sulit tentu saja saat D’Artagnan diperintahkan Raja menangkap sahabatnya sendiri, seorang dari ke-3 mantan musketeer. D’Artagnan di satu sisi setia pada persahabatannya, namun di sisi lain juga patuh pada Raja dan negara. Jalan mana yang dipilihnya? Ternyata ia memilih keduanya atau boleh dibilang bukan keduanya. Heran? Di buku ini anda akan membaca sendiri kisahnya, bagaimana D’Artagnan dengan cerdiknya memelintir perintah Raja itu tanpa bisa dibilang membangkang, dan membuat (memaksa?) Raja akhirnya membebaskan sahabatnya.

Dari segi pembawaannya, terlihat bahwa D’Artagnan memiliki karisma sendiri yang dihormati sekaligus disegani.

D’Artagnan had never allowed himself to become common at court, and although seen at all sorts of times and places, he always produce an effect whenever and wherever he made his appearance. It’s natural to some people to resemble, in this respect, thunder and lightning. Everyone knows what they are, but, nevertheless they are always received with certain amount of surprise, and they always leave behind them the impression that their last appearance has been more remarkable than any that had preceded it.” ~hlm. 318.

Bisa jadi jabatannya sebagai Kapten Musketeers membuat banyak orang merasakan sensasi tak nyaman saat berada bersama D’Artagnan. Bayangan bahwa ia adalah abdi setia Raja (apalagi ketika sang Raja adalah sosok pemarah dan kejam), pasti membuat orang merasa tak nyaman bersamanya. Atau saat seseorang tiba-tiba menerima kunjungan D’Artagnan, mungkin dalam hati tersirat kengerian bahwa ia—entah bagaimana—telah menyinggung perasaan Raja dan kini akan diseret ke penjara.

D’Artagnan adalah orang yang sangat cerdik, dengan keahlian pedang yang tak perlu diragukan lagi serta intuisi yang sangat tajam ketika suatu intrik sedang terjadi di dekatnya. Hal ini juga terbukti saat perjumpaannya dengan Aramis ketika Aramis sedang menggarap “proyek mission impossible-nya”. Meski tak ada bukti kuat, namun D’Artagnan mampu mencium ada sesuatu yang ‘besar’ yang sedang terjadi, entah apa, yang direncanakan oleh sahabatnya itu. Sebuah kualitas yang dibutuhkan oleh Kapten Musketeers, sekaligus yang ditakutkan oleh lawan-lawannya (termasuk juga sahabatnya ketika akan melakukan sesuatu untuk melawan Raja).

Namun kualitas dalam dirinya yang paling aku kagumi adalah kesetiaannya terhadap persahabatan. Meski integritasnya untuk melayani raja dan negara tinggi, namun baginya, persahabatannya dengan three musketeers adalah segalanya.

“I should say to him [King] straight out: ‘Sire, imprison, exile, kill everyone in France or in Europe, order me to arrest or poniard anyone in the world, even were it monsieur your brother, but do not touch either of the four musketeers. If one of them be harmed, I will not answer for the consequences.’” ~hlm. 147.

Memang benar itu hanyalah pengandaian saja, tak benar-benar terjadi dalam kisah ini, namun dari ungkapan itu, kita bisa menilai betapa berartinya persahabatan bagi seorang D’Artagnan, selain kehormatan. Karena ia menjunjung tinggi kehormatan, ia pun dapat membayangkan bagaimana seorang ‘gentleman’ seperti Monsieur Fouquet akan terhina jika ia menaati titah Raja untuk menangkapnya ketika Raja tengah menginap di rumahnya! Sebuah dilema yang berat, namun bukan D’Artagnan kalau ia tak bisa menemukan cara untuk memuaskan kedua pihak. Di satu pihak menaati perintah Raja, dan di pihak lain menjaga kehormatan calon tawanannya. Salut untuk D’Artagnan yang punya prinsip dan teguh menjaganya!

Ini adalah sosok Gabriel Byrne yang memerankan D’Artagnan di film adaptasi The Man In The Iron Mask versi th. 1998. Agak kurang cocok menurutku karena di sini D’Artagnan nampak terlalu melankolis-romantis, dan kurang menunjukkan sosok D’Artagnan yang energetik, periang dan punya sense of humor tinggi.



5 comments:

  1. but do not touch either of the four musketeers.
    Nah, jadi sebenernya musketeer itu ada empat ya Mbak? *biasanya cuman tau tiga doank

    ReplyDelete
    Replies
    1. Musketeers itu dari awal 4 orang: Athos, Posthos, Aramis, D'Artagnan. 3 + 1 deh!

      Delete
  2. Fanda, sorry I messed the link up. I had some problem with my connection and it ended up that way. Could you fix it for me please? I am really sorry. :(

    ReplyDelete

What do you think?