Di saat dunia perbukuan di seluruh dunia sedang dilanda serbuan novel-novel fantasi bertema paranormal, aku bertanya-tanya dalam hati mengapa orang begitu menggandrungi genre ini? Suatu hari ketika melewati bioskop XXI yang sedang dijejali manusia yang ingin menonton sekuel terakhir Harry Potter, aku dan papaku sempat mendiskusikan fenomena fiksi paranormal yang melanda kehidupan kita. Menurut analisa papaku, manusia sudah jenuh dengan kehidupan. Jenuh dengan dunia yang penuh kejahatan dan degradasi moral. Mereka butuh pelarian. Kemana? Agama? Mereka bahkan berpikir Tuhan sudah melupakan mereka. Maka mereka mencari dunia di luar dunia--a world beyond our world. Dunia paranormal menyajikan sesuatu yang tak dibatasi oleh keterbatasan manusia. Di situ mereka bisa menciptakan pahlawan mereka sendiri yang dapat mengatasi apapun, melawan apapun.
Yah, kupikir benar juga argumen papaku. Dan di kondisi seperti ini, bisa dipahami bahwa orang kurang--atau bahkan tak lagi--menggandrungi sastra klasik. Sederhana saja alasannya menurutku, karena kisah-kisah klasik menawarkan kenyataan hidup. Kalau kita sendiri sudah muak dengan hidup, buat apa lagi membaca kehidupan orang lain yang malah membuat kita makin depresi? Mungkin begitu pendapat kebanyakan orang. Mengapa tidak beralih saja ke genre fantasi atau humor yang bisa menghibur?
Aku tak setuju. Menurutku justru dalam kisah-kisah klasik lah kita akan banyak belajar nilai-nilai tentang kehidupan, yang dapat diaplikasikan ke dalam hidup kita sendiri. Mungkin kita bisa sejenak 'berlibur' ke dunia khayalan, seperti halnya kita bermimpi saat tidur, namun begitu terjaga kita mau tak mau kembali ke kehidupan nyata. Kisah-kisah klasik disebut atau dikategorikan sebagai "klasik" karena ia memiliki nilai-nilai yang dapat bermanfaat bagi manusia. Dan hal itu sudah teruji hingga bertahun-tahun, bahkan kadang ratusan tahun, sehingga kita tak mungkin dapat membantahnya.
Gambar dipinjam dari sini
Kisah klasik memang sudah usang. Namun meski kisah klasik bersetting di masa lalu, nilai yang dibawanya tetap relevan hingga jaman modern. Dan menurutku, justru di jaman modern, di mana nilai moral mengalami degradasi, kisah klasik menjadi sangat dibutuhkan. Bayangkan bagaimana jadinya bila generasi muda kita selalu dicekoki dengan konsep-konsep yang tidak nyata, ketika mereka kelak harus berhadapan dengan kenyataan hidup, akankah mereka siap menghadapinya? Kisah klasik akan membentuk moral mereka dengan lebih baik, memberi wawasan akan kehidupan nyata, meski lewat kisah-kisah fiktif.
Aku sudah banyak membaca macam-macam genre fiksi. Bahkan fiksi seperti harlequin atau komedi-humor pernah kubaca meski hanya sebagai selingan. Menurutku pribadi mereka memang menghibur, tapi (kebanyakan) kurang memiliki nilai-nilai yang bermanfaat. Setelah tamat, ya kuletakkan saja. Tanpa ada sesuatu yang dapat kurenungkan dan kupelajari. Berbeda dengan saat menekuni fiksi klasik, yang sering banyak mengajariku tentang kehidupan nyata, beragam kepribadian manusia, kesulitan mereka dan bagaimana mereka berjuang untuk menghadapi tantangan hidup.
Tulisan ini kubuat untuk (ikut) menjawab sebuah pertanyaan yang muncul dalam sebuah blog hop. Aku pribadi tak ingin berpartisipasi dalam blog hop itu, hanya tergelitik untuk menjawab salah satu pertanyaannya yang menarik, yaitu:
Where do you think reading literature should rank in society’s priorities?
Di tingkat mana menurutmu, baca klasik seharusnya ditempatkan dalam prioritas masyarakat?
Maka jawabanku adalah: sastra atau literatur klasik sangat perlu digeluti oleh masyarakat dewasa ini. Kurangi waktu di depan televisi, terutama yang menayangkan hal-hal yang tak berguna. Perbanyaklah waktu untuk membaca buku (paling tidak membaca buku tidak hanya menghibur, tapi juga menambah wawasan kita), dan sisipkan buku-buku klasik ke dalam koleksimu. Bukan berarti aku mengesampingkan genre-genre lain. Aku sendiri telah berkomitmen membaca sedikitnya 20 buku klasik dalam setahun dari total target sekitar 60-70 buku, bagaimana dengan anda?
Mari baca klasik, sastra klasik itu asyik!
setuju, saya suka sastra klasik :)
ReplyDeleteaku juga penyuka klasik sejak lama, tapi menurutku klasik dan bukan tidak harus diseberangkan. bisa jadi pembaca/ penyuka fantasi adalah penyuka klasik sekaligus. tidak melulu harus hal yg berbeda. bukanlah karya2 tolkien atau cs lewis atau lewis carol juga tergolong fantasi di jamannya, dgn segala tokoh jahat dan baiknya? yg karena memang isinya tetap mengusung moral dan teruji di beberapa generasi akhirnya skrg menjadi klasik? di sisi lain, banyak juga karya2 yg dianggap klasik skrg dulu pada jamannya dianggap tulisan tak bermoral? lihat saja bbrp karya zola, flaubert, atau james joyce.
ReplyDeleteyang tidak bermutu akan hilang dengan sendirinya. yg berbobot akan tetap hidup bahkan makin hidup. genre apapun. terlepas selera kebanyakan orang di jamannya.
setuju utk mengurangi menonton tv dan kembali ke buku. karena membaca buku berarti kita membangun 'the theater of mind', sementara dlm menonton benak kita jadi jauh lebih pasif.
mari membaca bacaan yg bermutu! :)
@Tezar: toss!
ReplyDelete@mei: Memang aku jg gak "menyeberangkan" klasik. Tujuan utama tulisan ini bukan supaya orang membuang buku2 lainnya dan beralih ke klasik, tapi menyisipkan klasik ke dalam koleksi/bacaannya. Tujuannya supaya apa yg mereka serap dari buku jadi seimbang, tak melulu berada di dunia khayal, tapi juga tetap menjejak bumi. Thanks udah beropini di sini ya.. :) *mari membaca bacaan yg bermutu!*
Setujuu. Baru bru ini saya mulai membaca buku buku klasik. Dan ga jelek2 banget ko sebenernya malah banyak banget manfaatnya :))
ReplyDeleteAku juga pecinta kesusasteraan klasik, Mbak. Sekarang bahkan lagi gencar banget baca yang klasik-klasik. Kalau bisa malah ingin meneliti lagi lebih lanjut di jenjang pendidikan berikutnya.
ReplyDeleteSejauh ini sih, kalo aku baca romance atau kisah fantasi, pasti ada bosennya. Karena temanya selalu berulang. Tapi kalau baca klasik, sejauh ini belum. Meskipun itu klasik yang romance, misteri, fantasi, kayanya nuansanya beda aja. Selalu ada sesuatu yang baru, meskipun itu klasik. Jadi, MARI BACA KLASIK!! ;)
Keren ! Senang rasanya karya klasik di baca anak muda. Ane kuliah jurusan sastra inggris. Ada greget tersendiri kalau lagi baca karya klasik. Tidak hanya kemurniannya terjamin, tapi juga teruji bertahan lintas generasi. Entah apa yg dipikirkan Mary Shelley setelah membuat karya huebat seperti Frankenstein. Novel yg jika dikaji seribu tahun dari sekarang akan masih melegenda. Bukan hanya isu masyarakat tahun 1800an yg diangkat tapi juga ilmu pengetahuan yg menjadi standar sekarang. Salam klasik !
ReplyDelete