Pages

Pages 2

Thursday, August 15, 2013

#OTR: Kitab Yesaya 1 – Nubuat Kehancuran dan Pemurnian

Ini adalah post pertama untuk proyek pribadiku: Old Testament Reading. Kitab Yesaya adalah yang pertama kupilih karena, selain merupakan kitab yang paling sering kubawakan (sebagai Lektor), juga yang paling kusukai karena keindahan puisi-puisinya.

Membaca Kitab Yesaya dari awal, membuatku sadar bahwa:

  1. Yesaya bin Amos sebenarnya adalah seorang Penasehat Raja;
  2. Nubuatnya terentang meliputi masa pemerintahan, setidaknya, empat Raja Yehuda: Uzia, Yotam, Ahas, dan Hizkia;
  3. Jika demikian, berarti ‘Yesaya’ tidaklah merupakan satu orang nabi, namun beberapa nabi yang tulisan-tulisannya disatukan menjadi satu kitab (seperti yang kukonfirmasi dari Wikipedia, Kitab Yesaya ditulis oleh tiga nabi);
  4. Tulisan ketiga nabi itu tidak dijajarkan berdasarkan urutan kronologis sejarah, namun lebih berdasarkan kesamaan tema. Misalnya: Pada bab 6, saat mengisahkan panggilannya, Yesaya sedang mengabdi Raja Uzia, sementara pada bab 7 Yesaya tengah mengabdi Raja Ahas. Maka Kitab Yesaya tak dapat dibaca sebagai sebuah kronologi sejarah bila kita akan membacanya secara berurutan.

Pada bab 1 Yesaya menyampaikan kecaman Tuhan terhadap bangsa Israel yang tidak setia dan mengalami kejatuhan moral. Saking parahnya, sampai-sampai kondisinya diibaratkan bak tubuh yang seluruhnya tanpa kecuali mengalami sakit; dan orang yang menderita seperti itu pasti ditinggalkan, ditelantarkan keluarga/sanak saudaranya.

Stanza mengenai Puteri Sion yang ditinggalkan sendirian (Yes 1:8) dengan tepat menggambarkan keadaan mereka saat itu (seperti bangsa Israel yang ditinggalkan Tuhan):

Puteri Sion tertinggal sendirian
seperti pondok di kebun anggur,
seperti gubuk di kebun mentimun
dan seperti kota yang terkepung.

Efek keterasingannya sangat terasa, terutama di baris terakhir.

Selanjutnya Tuhan menjabarkan dengan detail di mana letak kesalahan Israel; mereka yang munafik dengan mempersembahkan korban bagus-bagus kepada Tuhan, tapi berlaku tak adil pada sesamanya. Tuhan lalu mengajak mereka untuk bertobat; bila mereka berpaling dari dosa-dosa mereka, Ia akan mengampuni, dan Ia akan bersama mereka lagi.

Stanza ini adalah salah satu favoritku, dari Yes 1:18 (klik tombol 'play' untuk mendengarkan suaraku):



Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi,
         akan menjadi putih seperti salju;
sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba,
         akan menjadi putih seperti bulu domba

Lalu Tuhan pun mengumumkan hukuman yang akan Ia timpakan pada Yerusalem bila tak kunjung bertobat. Yesaya menutup bab 1 ini dengan sangat mantap dan menohok (Yes 1:31):

Maka yang kuat menjadi seolah-olah kapas
      dan pekerjaannya menjadi seolah-olah bunga api;
keduanya menimbulkan api
      dan tidak ada yang dapat memadamkan.

Kesannya begitu ‘final’, karena tidakkah api yang tidak dapat dipadamkan di sini dapat diartikan neraka? Membaca keseluruhan bab 1 ini terasa sangat kuat, dan alurnya benar-benar mencapai klimaks di akhir. Dari bab pertama ini saja aku sudah menangkap aura keseluruhan Kitab Yesaya ini (yang membuatku menyukainya dari dulu…).


2 comments:

  1. wow..ini bener-bener project yang menantang..apalagi nanti masuk di hakim-hakim atau raja-raja..semangat ya mba fan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks Esi. Aku belum mikir sampe yang jauh2, Yesaya aja ada 60-an bab, belum tentu akhir tahun bisa selesai. Pokoknya dinikmati aja deh :)

      Delete

What do you think?