Membaca novel karya Rudyard Kipling ini, baru aku menyadari bahwa antara tahun 1830 hingga 1870 pernah terjadi peristiwa sejarah yang disebut The Great Game (Permainan Besar), yaitu perseteruan politik Kerajaan Inggris dan Kerajaan Rusia untuk berkuasa di Asia Tengah. Dalam buku yang masuk di urutan 78 dari 100 buku berbahasa Inggris terbaik abad 20 ini, Permainan Besar ini menjadi makin populer.
Kim adalah nama seorang bocah laki-laki yatim piatu yang suka berkeliaran di jalan-jalan kota Lahore. Nama aslinya Kimball O'Hara, putra seorang prajurit kulit putih di sebuah resimen Irlandia. Sebelum meninggal, ayah Kim mewariskan dokumen-dokumen yang menyatakan jatidiri Kim, yang lalu dijahit dalam paket yang senantiasa terkalung di lehernya. Meski berkulit putih dan putra seorang Sahib, Kim lebih suka berpakaian Hindu. Ia dijuluki Kawan Kecil dari Pelosok Dunia, dan kerjaannya meminta-minta di jalanan, sambil menjadi mata-mata kecil seorang pedagang kuda Pashtun bernama Mahbub Ali. Mengapa pedagang kuda butuh mata-mata? Karena pedagang kuda yang satu ini sejatinya adalah agen rahasia Inggris. Inilah jejak pertama intrik politik dalam kisah yang awalnya nampak sebagai kisah petualangan spiritual saja.
Suatu hari ketika sedang duduk di atas sebuah senjata yang disebut Zam-Zammah, takdir Kim mempertemukannya dengan seorang lama (biarawan) Tibet tua yang sedang melakukan Pencarian. Konon Sang Buddha pernah menembakkan anak panah dalam suatu kontes untuk melamar seorang gadis. Anak panah itu meluncur jauh, lalu menancap ke tanah. Dari sana keluarlah air dan akhirnya menjadi sungai. Sungai itu dipercaya dapat membersihkan seseorang dari segala dosa, dan disebut sebagai Sungai Anak Panah atau Sungai Penyemuhan. Sungai inilah yang hendak dicari sang lama demi melepaskan diri dari belenggu Roda Kebendaan. Seperti layaknya semua peziarah, sang lama membutuhkan seorang chela (murid) untuk melayaninya agar ia dapat fokus pada urusan spiritualnya. Kim yang berjiwa petualang segera menemani sang lama dan dengan demikian menjadi chela-nya.
Tugas seorang chela antara lain mengemis makanan dengan menggunakan mangkuk derma, dan menyiapkan tempat untuk tidur bagi sang lama dan dirinya sendiri. Dalam tugas pertamanya, Kim--tanpa menduga sama sekali, mulai terjerumus ke dalam intrik politik Permainan Besar. Mahbub Ali yang keberadaannya sudah dicurigai pihak musuh, mendapat ide untuk mengirim surat rahasia lewat perantaraan Kim. Siapa sih yang akan mencurigai dua orang peziarah miskin berpakaian kumal itu? Namun Kim yang cerdik tak serta merta percaya bahwa kabar yang dikirimnya berkaitan dengan kuda jantan putih. Dari mencuri dengar, ia tahu bahwa sesuatu yang besar dan penting sedang berlangsung.
Dalam kondisi itulah sang lama dan sang chela berangkat melakukan peziarahan. Sang lama fokus pada Pencariannya, sementara sang chela belumlah lega kalau tugas rahasianya belum terlaksana. Keindahan buku ini terletak pada--salah satunya, keindahan desa dan pegunungan di daerah-daerah yang dilalui Kim, juga semrawutnya kota-kota besar dalam kemiskinannya. Kipling dengan sukses membawa pembacanya seolah meneropong langsung budaya dan sosial India abad ke 19.
Sementara itu, Permainan Besar sedang diam-diam berlangsung. Meski tak diceritakan dengan detail, ketegangan mulai terbangun ketika satu persatu 'oknum' agen rahasia itu bersilangan jalan dengan sang lama (yang lugu dan tak menyadari adanya sesuatu yang tidak biasa) dan Kim. Menyadari kecerdikan dan keberanian Kim, agen rahasia bermaksud melatih Kim untuk menjadi seorang agen. Ia sempat mengenyam pendidikan yang menjadi hak anak seorang sahib, hingga tumbuh menjadi seorang pemuda.
Apakah yang akan terjadi kemudian? Berhasilkah Kim menjadi agen rahasia sungguhan? Bagaimana dengan Pencarian sang lama, akankah ia menemukan Sungainya?
Bila anda merasa asing dengan gaya penulisan Rudyard Kipling--yang telah diterjemahkan dengan baik oleh mbak Rini Nurul Badariah, jangan menyerah dan langsung menutup buku ini. Telan saja istilah-istilah asing yang bertebaran sedari awal halaman, dan kunyah saja perlahan kalimat-kalimat panjang di sana sini. Kalau mau, catatlah nama atau istilah yang terasa asing. Teruslah membaca sambil berusaha mencerna. Karena setengah bagian ke belakang, saat anda sudah mulai terbiasa dengan gaya penulisan Kipling, dan cerita mulai menegang dengan intrik politik dan mata-mata, anda akan keasyikan sendiri membaca buku ini.
Meski awalnya aku berencana memberi tiga bintang saja karena plot yang sulit dimengerti dalam buku ini, namun setelah membaca sampai akhir, aku berubah pikiran. Empat bintang kuberikan untuk buku ini. Gaya penulisan Kipling memang agak sulit dipahami, namun justru gaya itulah yang membuat buku ini sangat khas. Lama kelamaan, aku jadi suka juga dengan gaya Kipling bertutur....
Note:
Buku ini kubaca karena kebetulan Rudyard Kipling berulang tahun di bulan Desember. Sebagai hadiah, aku persembahkan review ini tepat di hari ulang tahunnya yang ke 146, hari ini: 30 Desember 2011. Happy birthday Paman Kipling!
Judul: Kim
Penulis: Rudyard Kipling
Penerjemah: Rini Nurul Badariah
Penyunting: Dhewiberta
Penerbit: Bentang Pustaka
Terbit: Juni 2011
Tebal: 453 hlm
Kim adalah nama seorang bocah laki-laki yatim piatu yang suka berkeliaran di jalan-jalan kota Lahore. Nama aslinya Kimball O'Hara, putra seorang prajurit kulit putih di sebuah resimen Irlandia. Sebelum meninggal, ayah Kim mewariskan dokumen-dokumen yang menyatakan jatidiri Kim, yang lalu dijahit dalam paket yang senantiasa terkalung di lehernya. Meski berkulit putih dan putra seorang Sahib, Kim lebih suka berpakaian Hindu. Ia dijuluki Kawan Kecil dari Pelosok Dunia, dan kerjaannya meminta-minta di jalanan, sambil menjadi mata-mata kecil seorang pedagang kuda Pashtun bernama Mahbub Ali. Mengapa pedagang kuda butuh mata-mata? Karena pedagang kuda yang satu ini sejatinya adalah agen rahasia Inggris. Inilah jejak pertama intrik politik dalam kisah yang awalnya nampak sebagai kisah petualangan spiritual saja.
Suatu hari ketika sedang duduk di atas sebuah senjata yang disebut Zam-Zammah, takdir Kim mempertemukannya dengan seorang lama (biarawan) Tibet tua yang sedang melakukan Pencarian. Konon Sang Buddha pernah menembakkan anak panah dalam suatu kontes untuk melamar seorang gadis. Anak panah itu meluncur jauh, lalu menancap ke tanah. Dari sana keluarlah air dan akhirnya menjadi sungai. Sungai itu dipercaya dapat membersihkan seseorang dari segala dosa, dan disebut sebagai Sungai Anak Panah atau Sungai Penyemuhan. Sungai inilah yang hendak dicari sang lama demi melepaskan diri dari belenggu Roda Kebendaan. Seperti layaknya semua peziarah, sang lama membutuhkan seorang chela (murid) untuk melayaninya agar ia dapat fokus pada urusan spiritualnya. Kim yang berjiwa petualang segera menemani sang lama dan dengan demikian menjadi chela-nya.
Inilah Zam-Zammah yang benar-benar ada dan hingga kini masih dipajang di depan Museum Lahore, tempat pertemuan Kim dengan lama-nya di buku ini
Tugas seorang chela antara lain mengemis makanan dengan menggunakan mangkuk derma, dan menyiapkan tempat untuk tidur bagi sang lama dan dirinya sendiri. Dalam tugas pertamanya, Kim--tanpa menduga sama sekali, mulai terjerumus ke dalam intrik politik Permainan Besar. Mahbub Ali yang keberadaannya sudah dicurigai pihak musuh, mendapat ide untuk mengirim surat rahasia lewat perantaraan Kim. Siapa sih yang akan mencurigai dua orang peziarah miskin berpakaian kumal itu? Namun Kim yang cerdik tak serta merta percaya bahwa kabar yang dikirimnya berkaitan dengan kuda jantan putih. Dari mencuri dengar, ia tahu bahwa sesuatu yang besar dan penting sedang berlangsung.
Dalam kondisi itulah sang lama dan sang chela berangkat melakukan peziarahan. Sang lama fokus pada Pencariannya, sementara sang chela belumlah lega kalau tugas rahasianya belum terlaksana. Keindahan buku ini terletak pada--salah satunya, keindahan desa dan pegunungan di daerah-daerah yang dilalui Kim, juga semrawutnya kota-kota besar dalam kemiskinannya. Kipling dengan sukses membawa pembacanya seolah meneropong langsung budaya dan sosial India abad ke 19.
Sementara itu, Permainan Besar sedang diam-diam berlangsung. Meski tak diceritakan dengan detail, ketegangan mulai terbangun ketika satu persatu 'oknum' agen rahasia itu bersilangan jalan dengan sang lama (yang lugu dan tak menyadari adanya sesuatu yang tidak biasa) dan Kim. Menyadari kecerdikan dan keberanian Kim, agen rahasia bermaksud melatih Kim untuk menjadi seorang agen. Ia sempat mengenyam pendidikan yang menjadi hak anak seorang sahib, hingga tumbuh menjadi seorang pemuda.
Apakah yang akan terjadi kemudian? Berhasilkah Kim menjadi agen rahasia sungguhan? Bagaimana dengan Pencarian sang lama, akankah ia menemukan Sungainya?
Bila anda merasa asing dengan gaya penulisan Rudyard Kipling--yang telah diterjemahkan dengan baik oleh mbak Rini Nurul Badariah, jangan menyerah dan langsung menutup buku ini. Telan saja istilah-istilah asing yang bertebaran sedari awal halaman, dan kunyah saja perlahan kalimat-kalimat panjang di sana sini. Kalau mau, catatlah nama atau istilah yang terasa asing. Teruslah membaca sambil berusaha mencerna. Karena setengah bagian ke belakang, saat anda sudah mulai terbiasa dengan gaya penulisan Kipling, dan cerita mulai menegang dengan intrik politik dan mata-mata, anda akan keasyikan sendiri membaca buku ini.
Meski awalnya aku berencana memberi tiga bintang saja karena plot yang sulit dimengerti dalam buku ini, namun setelah membaca sampai akhir, aku berubah pikiran. Empat bintang kuberikan untuk buku ini. Gaya penulisan Kipling memang agak sulit dipahami, namun justru gaya itulah yang membuat buku ini sangat khas. Lama kelamaan, aku jadi suka juga dengan gaya Kipling bertutur....
Note:
Buku ini kubaca karena kebetulan Rudyard Kipling berulang tahun di bulan Desember. Sebagai hadiah, aku persembahkan review ini tepat di hari ulang tahunnya yang ke 146, hari ini: 30 Desember 2011. Happy birthday Paman Kipling!
Judul: Kim
Penulis: Rudyard Kipling
Penerjemah: Rini Nurul Badariah
Penyunting: Dhewiberta
Penerbit: Bentang Pustaka
Terbit: Juni 2011
Tebal: 453 hlm
Weleh, ini yang nerjemahin mba rini ya? Jadi penasaraaaannn.. Padahal kayaknya aku udah menimbun versi bhs inggrisnya bertahun2 tp belum dibaca ;p
ReplyDeleteHayukk segera koleksi novel2 klasik sebelum menghilang an sulit dicari di pasaran
ReplyDeleteHappy birthday juga Opa Kipling:)
ReplyDeleteTerima kasih lagi, Mbak Fanda.
Proses kreatifnya pernah kuposting di http://www.rinurbad.com/?p=1556
Lalu kubuat glosarium kecil yang antara lain bersumber dari buku ini di http://www.rinurbad.com/?p=1528
Salam pecinta buku ya...
ReplyDeleteRudyard Kipling ini pengarang pemenang Nobel Sastra termuda sepanjang maaa lho. Kalau para pemenang Nobel Sastra biasanya menang umur 60 tahun atau lebih, Kipling menang di usia 42 tahun...