Monday, January 9, 2012

Charlotte’s Web: Laba-Laba dan Jaring Kesayangannya

Charlotte’s Web—judul asli buku ini—adalah buku anak-anak klasik yang pernah memenangkan penghargaan, dan dinobatkan oleh Publishers Weekly sebagai “the best-selling children's paperback of all time as of 2000”. Sebenarnya aku lebih suka kalau judulnya setelah diterjemahkan tak perlu diubah, karena ‘Charlotte’s Web’ memiliki kekuatan tersendiri sebagai kisah anak-anak klasik. Atau paling tidak, sebaiknya judul aslinya tetap disertakan di cover depan, disertai dengan label ‘klasik’. Tanpa dua hal tadi, buku ini akan menjadi buku anak-anak saja, sedang dengan mengkategorikannya sebagai karya klasik, akan membuat buku ini diapresiasi lebih banyak pembaca. Jujur saja, awalnya aku tak tertarik membeli buku ini karena berpikir ini pasti cerita anak-anak biasa. Hanya setelah mengetahui bahwa ini adalah versi terjemahan Charlotte’s Web, aku langsung membelinya. Jadi…tentang apa Charlotte’s Web ini sesungguhnya?

Musim semi itu, pertanian keluarga Arable kedatangan ‘tamu’ yang tak biasa. Babi peliharaan mereka telah melahirkan seekor babi kerdil. Karena babi kerdil takkan laku dijual, maka wajar bila sebuah keluarga yang hidup dari pertanian memutuskan untuk membunuh saja babi tak berguna itu. Itu adalah pemikiran untung-rugi semata. Namun pemikiran seorang anak yang masih murni jelas berbeda. Anak perempuan Pak dan Bu Arable yang bernama Fern, mati-matian menentang pembunuhan babi yang menurutnya kejam. “Maksud Mama, Papa mau membunuhnya? Hanya karena ia lebih kecil dari yang lainnya?” ~hlm. 13. “Tapi ini kejam, Papa! Babi itu tidak mau terlahir kecil, kan? Kalau aku sangat kecil sewaktu lahir, apakah Papa akan menyuruh orang untuk membunuhku?” ~hlm. 14. Kalau dipikir-pikir, anak-anak memang lebih bijaksana daripada orang dewasa!

Fern pun akhirnya diijinkan memelihara anak babi kerdil yang diberinya nama Wilbur. Saat berusia lima minggu Wilbur dijual ke pertanian Zuckermann, di mana ia tinggal di ruang bawah tanah lumbung. Di tempat ini—yang dikisahkan dengan amat detail oleh E.B. White sehingga seolah-olah kita sendiri hidup di sana—Wilbur hidup dengan bahagia bersama teman-temannya. Ada tikus egois bernama Templeton, lalu pasangan angsa bersama anak-anaknya yang suka mengatakan sesuatu dengan pengulangan, ada juga domba dan keluarganya. Namun yang menjadi sahabat sejati Wilbur justru adalah Charlotte, seekor laba-laba kelabu besar yang membuat jaring di sudut ambang pintu.

Seperti layaknya di semua pertanian, babi dipelihara untuk disembelih, untuk kemudian menjadi bacon, ham dan daging babi asin yang menjadi santapan keluarga (rasanya setelah membaca Charlotte’s Web ini, tiap kali aku makan bacon atau lainnya, mau tak mau aku akan teringat tampang lucu Wilbur!). Wilbur mungil yang malang pun tak akan mampu menghindar dari takdirnya—hidup dan dipelihara untuk dibunuh—kalau saja tak ada si laba-laba bijaksana Charlotte! Charlotte telah berjanji untuk menyelamatkan hidup Wilbur. Bagaimana laba-laba yang kecil bisa menyelamatkan seekor babi? Semuanya mungkin, ketika dilandasi oleh persahabatan yang tulus.

Di suatu pagi berkabut, saat tetes-tetes embun masih menempel di mana-mana, terlihatlah sebuah pemandangan menakjubkan di lumbung Pak Zuckermann. Butir-butir embun membuat jaring laba-laba di ambang pintu itu terlihat seolah bersinar. Tapi yang lebih istimewa lagi, di tengah jaring itu tampak terpintal huruf-huruf yang membentuk kata-kata: ‘Babi Hebat’. Itulah hasil karya Charlotte semalaman demi menyelamatkan Wilbur. Ia berharap keluarga Zuckermann tidak akan menyembelih sahabatnya itu setelah melihat mukjijat yang dibuatnya. Mukjijat? Yah, kalau laba-laba yang mampu memintal kata dapat kau katakan sebagai mukjijat. Tapi sebenarnya, apa sih mukjijat itu? Menarik menyimak apa yang dikatakan Dokter Dorian saat mendengar kisah jaring Charlotte:

“…saya tidak mengerti bagaimana laba-laba belajar memintal jaringnya. Ketika kata-kata itu muncul, semua orang mengatakannya sebagai mukjijat. Tapi tak seorang pun yang menyadari bahwa jaring laba-laba itu sendiri adalah mukjijat.” ~hlm. 143.

E.B. White mengajak kita untuk lebih menghargai kehidupan. Jangan hanya karena kita sudah terbiasa merasakan sesuatu dengan indra kita, lantas kita menganggapnya sesuatu yang biasa. Semua yang diciptakan Tuhan adalah mukjijat, karena tak ada satu makhluk pun yang dapat melakukan hal yang sama.

Terlepas dari mukjijat atau bukan, nyatanya hasil karya Charlotte memukau banyak orang dan menjadikan Wilbur seekor selebriti. Dibantu oleh Templeton si tikus yang mencarikan contoh kata-kata dari potongan koran, Charlotte berturut-turut memintal kata “Dahsyat” dan “Cemerlang” untuk Wilbur. Hingga tiba saatnya Wilbur akan tampil di Pekan Raya, dan itulah momen yang tepat bagi Charlotte untuk mulai mengerjakan magnum opus [masterpiece] nya; serta mempersembahkan karya terakhirnya untuk menyelamatkan Wilbur. Mengapa terakhir? Yah…sebaiknya anda membaca sendiri bukunya.

Bagiku, Charlotte’s Web bukan sekedar kisah fabel yang imut. Di dalamnya kental dengan persahabatan, kesetiaan, bahkan pengorbanan. Sahabat yang baik adalah seseorang (atau dalam kisah ini seekor?) yang mau bersusah payah melakukan sesuatu demi sahabatnya, meski ia tahu dirinya sendiri akan tetap kasat mata dari dunia, dan sahabatnya lah yang akan menerima semua pujian dan kegemerlapan. Sahabat sejati rela turut bergembira bagi sahabatnya meski ia sendiri sedang sengsara.

Selain kisahnya sendiri, gaya penulisan E.B. White yang begitu “hidup” juga merupakan daya tarik tersendiri. Konon White pernah menjadi petani, dan dari tanah pertanian itu pula kisah ini lahir. Itu sebabnya penggambaran suasana di lumbung, dengan kebiasaan-kebiasaan hewan-hewan di buku ini terasa sangat nyata. Tak seperti fabel lainnya, Wilbur, Charlotte, Templeton, para angsa dkk. memiliki sifat dan kebiasaan kaumnya masing-masing, hanya saja mereka dibuat mampu membaca dan berbicara oleh imajinasi penulisnya. Kebiasaan hewan-hewan ini juga akan membantu memberikan wawasan dunia fauna bagi anak-anak.

Tokoh Wilbur terinspirasi dari pengalaman White yang memelihara babi untuk dibuat bacon, namun pada saat-saat terakhir ia tak tega dan malah berupaya menyelamatkan babi itu—meski gagal. Sedang tokoh Charlotte “lahir” dari pengamatan White akan seekor laba-laba kelabu yang membuat jaringnya di pertaniannya. Lalu mulailah imajinasi ‘bagaimana seandainya’ memenuhi kepala White, yang kemudian menuangkannya dalam kisah klasik sepanjang masa yang indah ini.

Empat bintang untuk Charlotte’s Web!


Catatan untuk Penerbit:
Aku merasa sedikit terganggu dengan (terlalu) banyaknya endorsement di halaman awal. Terhitung ada 28 endorsement yang menyita 5,5 halaman. Mengingat ini adalah kisah klasik, aku tak melihat perlunya penerbit membubuhkan endorsement. Kalau pun mau dicantumkan, lima endorsement rasanya sudah cukup, dengan memilih yang paling dapat mewakili isi buku. Menurut pengalamanku, buku yang memuat berderet-deret endorsement justru biasanya kurang berkualitas (maka perlu pembuktian dengan endorsement). Buku berkualitas (apalagi masuk kategori klasik) akan berbicara bagi dirinya sendiri.

Judul: Laba-Laba dan Jaring Kesayangannya
Judul asli: Charlotte’s Web
Penulis: E.B. White (Elwyn Brooks White)
Penerjemah: Dina Begum
Penyunting: Salahhudien Gz
Penerbit: Dolphin
Terbit: 2012
Tebal: 239 hlm

3 comments:

  1. Setuju dengan halaman endorsement yang segambreng ituh!

    ReplyDelete
  2. @dina: sepertinya kecenderungan penerbitnya begitu. Kemarin aku kebetulan buka2 yg Sabda Palon, ternyata endorsement-nya segambreng pula!

    ReplyDelete
  3. Baru pernah nonton filmnya and belon baca bukunya :D

    buku yang memuat berderet-deret endorsement justru biasanya kurang berkualitas (maka perlu pembuktian dengan endorsement)

    Betuull.. kadang suka sebel juga kalo cover belakang buku cuman memuat endorsement aja tanpa adanya ringkasan cerita dari bukunya itu sendiri, lhaa.. gimana kita bisa tau tuh buku kira2 bagus apa kagaa? :D

    ReplyDelete

What do you think?