Monday, April 23, 2012

A Midsummer Night’s Dream


Terus terang, baru kali aku mencoba membaca karya drama William Shakespeare. Dan menuruti anjuran beberapa teman, aku akhirnya memilih membaca versi e-book, karena e-book menyediakan semacam thesaurus yang otmatis muncul ketika kita mengarahkan cursor ke kata tertentu. Dan memang benar, tak pernah aku menyelesaikan satu halaman pun tanpa membuka thesaurus, dengan kata lain ada begitu banyak kata ‘asing’ yang kutemui. Kadang-kadang bahkan thesaurus pun tak mendeteksi suatu kata, dan aku harus mencarinya di glossary khusus karya-karya Shakespeare di Shakespeare Glossary. Namun ternyata pengalamanku membaca Shakespeare justru membuatku ingin membaca lebih banyak lagi karyanya.

A Midsummer Night’s Dream ini adalah salah satu karya Shakespeare yang terbanyak difilmkan maupun dimainkan di atas panggung. Karya ini masuk genre komedi (genre yang kupikir pasti lebih ringan daripada sejarah maupun tragedi). Kisahnya dibuka dengan suasana di kerajaan Athens yang sedang bersukacita menantikan pesta pernikahan raja dan ratu mereka: King Theseus dan Queen Hyppollyta. Di tengah semarak persiapan itu, datanglah Egeus menghadap untuk mengadukan persoalan pelik. Putrinya Hermia yang telah dipersiapkannya untuk dinikahkan dengan pemuda bernama Demetrius, ternyata lebih mencintai pemuda lainnya yang bernama Lysander. Egeus malah mengharuskan Hermia untuk memilih antara menikah dengan Demetrius atau mati. King Theseus akhirnya memberikan waktu bagi Hermia untuk berpikir, dan harus member keputusan saat pernikahan sang Raja.

Ingin terbebas dari hukum yang mereka anggap kejam, Hermia dan Lysander berencana untuk melarikan diri ke hutan tempat tinggal bibi Lysander, di mana mereka dapat menikah dengan bebas. Sementara itu, ada seorang gadis bernama Helena yang amat mencintai Demetrius, padahal sang pria mencintai Hermia. Ketika Lysander dan Hermia membocorkan rencana pelarian mereka pada Helena, segera Helena berketetapan hati untuk memberitahu Demetrius, agar Demetrius segera mengejar ke hutan. Di sana—harap Helena—mungkin saja Demetrius akan mengalihkan cinta kepada dirinya. Maka dimulailah petualangan empat tokoh kita di hutan dekat Athens.

Sementara itu di hutan, Raja kaum peri: Oberon sedang resah karena keinginannya tak dikabulkan oleh Ratu Titania. Maka Oberon menyuruh asistennya yaitu Puck untuk mencari serbuk bunga tertentu yang—bila dibuat ramuan—akan membuat orang yang terkena tidur lelap, dan akan jatuh cinta pada orang yang pertama ia lihat ketika bangun. Oberon ingin ‘mengerjai’ istrinya agar menuruti keinginannya. Berangkatlah Puck mencari bunga itu, dan begitu mendapatkannya, Oberon mengoleskannya di pelupuk mata Titania ketika tidur. Sementara itu Oberon mendengar pertengkaran antara Helena—yang ngotot mengekor pada Demetrius, dan Demetrius—yang merasa terganggu dan berusaha mengusir Helena. Oberon pun menyuruh Puck mengoleskan ‘ramuan cinta’ yang sama ke mata si “pria berbusana Athens”, agar mereka berdua menjadi pasangan.

Malangnya si Puck ‘salah alamat’, alih-alih mengoleskan ramuan cinta ke mata Demetrius, ia membubuhkannya ke mata Lysander—yang sama-sama berbusana khas Athens. Dari sini anda akan dapat membayangkan betapa akan kacau dan ironisnya kisah cinta tokoh-tokoh kita ini nantinya gara-gara ramuan cinta itu. Dan kekocakan akan bertambah ketika masuk tokoh-tokoh lain, yaitu para sekelompok pekerja  yang ingin menampilkan sebuah drama pada pesta pernikahan Theseus dan Hyppollyta. Kelucuan timbul saat mereka berebut memerankan tokoh yang mana, dan lebih lucu lagi waktu mereka benar-benar menampilkannya. Meski begitu di kisah utamanya sendiri kadang terselip dialog yang membuat kita tersenyum, misalnya:



“Lysander: You have her fathers love, Demetrius (memang Egeus menyukai Demetrius)
Demetrius: Let me have Hermias; do you marry him.”  


Meski tampaknya tak serius, ada beberapa hal yang tersirat dari drama ini. Shakespeare ingin menyoroti ironisnya cinta. Saat ada dua pemuda dan dua pemudi, bukannya mereka saling berpasangan, namun ternyata ada satu wanita yang dicintai dua pria, dan wanita yang satu lagi tak menerima cinta dari siapa pun. Aku juga melihat kecenderungan wanita yang menganggap pria mencintai wanita hanya karena fisik semata. Dan ketika si wanita mengharap cinta si pria dan tak mendapatkannya, ia pun mulai menyalahkan diri sendiri yang secara fisik kurang menarik disbanding saingannya. Hal ini nampak pada tokoh Helena, yang dialognya diwarnai kegetiran dan cenderung membuat dirinya sendiri jauh lebih rendah daripada Hermia karena cemburu dan iri.



"Happy is Hermia, wheresoeer she lies,
For she hath blessed and attractive eyes.
How came her eyes so bright? Not with salt tears;
If so, my eyes are oftener washd than hers.
No, no, I am as ugly as a bear;
For beasts that meet me run away for fear;
Therefore no marvel though Demetrius
Do, as a monster, fly my presence thus.
What wicked and dissembling glass of mine
Made me compare with Hermias sphery eyne?"



Itulah salah satu contoh dialog ‘galau’ Helena. Contoh bagaimana cinta membuat manusia kadang menjadi buta dan irasional. Bagiku pribadi, itulah yang kudapat dari drama ini. Mungkin ada filosofi lain yang terselip di sana-sini, namun aku hanya berhasil menemukan apa yang telah kutulis ini saja. Semoga kali berikutnya aku akan dapat lebih memahami sekaligus menikmati drama karya Shakespeare.

Tiga bintang untuk A Midsummer Night’s Dream.

Judul: A Midsummer Night’s Dream
Penulis: William Shakespeare
Format: e-book
Penerbit: eshelf Books

e-pages: 63 hlm


Conclusion:
This is the first time I read Shakespeare's play, and frankly speaking I cannot say I enjoyed it very much. First of all, there are several 'strange' words that even did not appear in my Kindle's dictionary. Other than the language (maybe I'm just not familiar with play's language), I found the story is not quite engaging. I can feel the beauty of this play..oh yes, but that's it, nothing more. So I guess I'd just give three stars for A Midsummer Night's Dream. After all, I don't quite like comedy play, so next time I might choose history or even tragedy when I have another mood to read Shakespeare again. What do you think?

2 comments:

  1. Hamlet dan Macbeth tragedy. kalo Romeo & Juliet juga sih. tapi lebih ke romance kalo romeo juliet.

    ReplyDelete
  2. I cannot read Shakespeare without some sort of translation involved. I have the "Complete Shakespeare" which has large columns beside the text just to translate line by line. I'd be lost without it.

    ReplyDelete

What do you think?