[conclusion in English is at the bottom of this post]
Germinal
adalah buku ketiga belas dari dua puluh novel dalam seri Rougon-Macquart karya
Émile Zola. Bersetting di kota daerah pertambangan di Prancis pada akhir abad
ke 19, di mana industri sedang mengalami kelesuan. Yang paling merasakan
dampaknya (seperti biasa) adalah para pekerja pertambangan yang setiap hari
harus bekerja keras di lubang-lubang kecil ratusan meter di bawah permukaan
tanah untuk menambang batu bara; dengan resiko kehilangan nyawa setiap saat,
demi mendapatkan upah yang sangat minim untuk sekedar dapat melanjutkan hidup
dari hari ke hari.
Étienne
Lantier tiba di distrik Montsou, pengangguran yang sedang mencari pekerjaan
untuk menyambung hidup. Ia tiba di pertambangan Voureux, berkenalan dengan
keluarga penambang bernama Maheu, yang kebetulan sedang membutuhkan seorang
pekerja. Jadilah Étienne si pendatang baru dari kota lain, seorang pria muda
yang lumayan tampan, suka membaca dan berpendidikan, menjadi salah satu
penambang di situ. Lewat mata Étienne kita diajak melihat betapa kerasnya
pekerjaan mereka, betapa penuh bahaya, dan betapa tidak manusiawinya perusahaan
pertambangan itu memperkerjakan mereka.
Kemiskinan
dapat terlihat di mana-mana, yang akhirnya menjalar pada kemerosotan moral
keluarga penambang. Dengan upah yang pas-pasan mereka mempertaruhkan nyawa, dan
seringkali karena kesalahan kecil mereka, upah yang sedikit itupun harus
dipotong. Étienne mulai merasakan ketidakadilan di sana, dan mulai timbul
dorongan untuk membuat perubahan. Ia mulai belajar dari beberapa buku, termasuk
dari pelopor serikat buruh yang memperjuangan nasib pekerja di Paris. Bisa
ditebak, Étienne mulai mempengaruhi para penambang dengan ide-ide perlawanan
terhadap perusahaan untuk mendapatkan hak mereka. Sedikit demi sedikit, lewat
rapat-rapat dan orasi-orasi, Étienne mengumpulkan partisan.
Kemudian
momentum itu tiba, perusahaan memberlakukan peraturan baru, yang pada akhirnya
menurunkan upah yang mereka terima. Upah yang sudah tak cukup itu harus kembali
dikurangi. Maka mendidihlah kemarahan mereka, dan dengan segera mereka
memutuskan untuk mengadakan demonstrasi dengan Étienne sebagai pemimpin mereka.
Demonstrasi ini segera menyebar hingga hampir seluruh pertambangan harus
berhenti berproduksi. Akankah mereka berhasil mencapai tujuan mereka, agar
perusahaan makin memperhatikan kesejahteraan mereka, sementara perusahaan dan
pemegang saham pun terkena imbas kelesuan dunia industri? Akankah yang lemah
akhirnya menang?
Meski
tampaknya novel ini dipenuhi ide-ide sosialisme, namun Zola berhasil meramunya
dengan cantik. Selain Étienne, ada keluarga Maheu yang menjadi pusat cerita,
belum lagi para penghuni kompleks pertambangan itu. Di sini kita seolah
menyaksikan sendiri suka-duka mereka semua, bukan hanya soal pekerjaan, namun
juga tentang cinta, keluarga, dendam, harapan, amarah, dan semua kompleksitas
yang terajut dalam benang kehidupan manusia, dengan kemiskinan sebagai awal
dari segalanya. Lewat Germinal kita bisa menyadari bagaimana kebejatan, nafsu
membunuh dan kriminalitas biasanya bermula dari kemiskinan dan ketidakadilan.
Sementara kita mengutuk tindak anarkisme dalam sebuah demonstrasi, lewat
Germinal paling tidak kita tahu bagaimana kemarahan yang lama terpendam, dari
generasi ke generasi, akan meledak hebat pada suatu saat, bak gunung berapi
yang telah bertahun-tahun tidur, padahal selama itu sedang menggodok magma di
perutnya, untuk suatu saat memuntahkannya dengan penuh kekuatan. Salahkah
mereka? Atau siapakah yang sebenarnya bersalah?
Germinal
menggabungkan ide Darwinisme (yang kuat akan memakan yang lemah) dengan
sosialisme, menghentak dalam penggambaran dashyatnya kekuatan ‘yang lemah’
ketika mereka menggalang persatuan, serta dahsyatnya kemiskinan dalam merenggut
hidup manusia. Kekuatan itu lalu dilembutkan Zola dengan metafora-metafora
cantik, juga kisah cinta yang menyesakkan dada dalam thriller drama
penyelematan di area tambang. Dan gabungan dari semuanya membuat Germinal
sebuah kisah yang selalu relevan hingga kapanpun, bagi siapapun. Tak heran
Germinal masuk (dan ia lebih dari layak untuk masuk kategori ini) dalam 1001 Books To Read Before You Die di urutan ke-824, karena memang, entah kapan, anda HARUS membaca
buku yang dahsyat ini sebelum anda mati!
Lima bintang
untuk Germinal!
Judul:
Germinal [in English]
Penulis: Émile
Zola
Penerbit:
Wordsworth Classics
Terbit: 2007
Tebal: 478
p.
Conclusion:
Germinal is
my third book of Zola, and I can say that it already becomes one of my
favorites. Germinal is not only a story about the classic fight between workers
and company, the poor and the have, it is also about the agony of poor working
class. Germinal was written from Étienne Lantier’s (Gervaise’ son in
L’Assommoir) point of view. He was an engine man came to a coal mining town Montsou
to find a job. From his eyes, Zola took us to watch the sorrows of coal miners
who worked hard under poor conditions for very small wages which could hardly
support their poor lives. And for generations this condition has never changed;
and they seemed to just accept it; to be overpowered by the bourgeoisie and the
industrial machines called capitalism.
“No matter how hard we might struggle, we
probably wouldn’t change anything. The best is to try and live honestly in the
place in which the good God has put us.” ~Maheude, p. 86
Until
Étienne—a quite educated young man—appeared from nowhere, mingled with the
settlemen, and little by little affected their way of thinking. They soon put
him into their lead, with a dream to dethrone the wealth and to regain their
freedom and rights. The question was, what was the best method to carry it; anarchism?
Long term evolution? Or strikes?
Germinal was
a combination of humanity, Darwinism and socialism, packed beautifully with
metaphors and romance. This is the third Zola’s I’ve read so far, and compared
to Therese Raquin and L’Assommoir (sorry, the reviews are still in Bahasa Indonesia). Germinal was less distressing and
less striking. Yes, Zola still described poverty, hunger and moral degradation
brutally to the most extremes, yet he still slipped a hope, a bigger hope for a
better future in the end. Germinal was only the beginning, the seeds sowing of
workers’ battle against the oppression of capitalism. Germinal would show the
world that there is a possibility for the weak to fight the strong. It only
took time and refinement, and one day the seeds that were now germinating would
harvest perfectly and change the earth.
What
interested me the most is the metaphors Zola used throughout this story. First
of all, the way he described the surroundings in the mine from the eyes of the
newcomer Étienne. Zola often used the terms of animal’s digestion in describing
the mine pit.
“And the Voureux, at the bottom of its hole,
in contractions those of an evil beast, continued to grind away, breathing with
a heavier and slower respiration, appearing troubled by its painful digestion
of human flesh.”
“The
shaft swallowed men by mouthfuls of twenty or thirty, and with so easy a gulp
that it seemed not to feel them go down.”
I only
think, that it is the way Zola described capitalism which swallowed people and
crushed them in poverty just like a monster digested human flesh; and what a
beautiful metaphor they are indeed!
Zola also
closed the story in a very beautiful and touching way. The rescue drama in the
tumbling pit near the end of the story was really breathtaking, but approaching
the end it was also warming my heart with love. And the final ending was
superb! I love the final quote which brought a new hope for a better
future, and look how Zola crafted it with nature’s elements of a new spring for
the world, the most beautiful metaphor from this book.
Five stars
(obviously) for Germinal, which have just become my new favorite!
Belum pernah baca bukunya Emile Zola.. Klasik banget ya temanya mba :)
ReplyDeleteMaksudnya 'klasik' temanya? si miskin vs si kaya ya? Tema klasik yang tak pernah habis ceritanya...
DeleteWah lima bintang! =)
ReplyDeleteKayaknya bener2 harus dibaca sebelum mati :D
Katanya sih ini masterpiece-nya Emile Zola, jadi ya..harus dibaca sebelum mati! :)
DeleteJujur aja belum tertarik baca buku ini...belom kenalan sama Bang Zola sama sekali sih :(
ReplyDeleteMemang sebaiknya kamu baca Zola yg lain dulu, save the best for last ;)
Deletewaaah ditulis dalam dua bahasa.
ReplyDeletehhmmm, baru ngeh kalau Émile Zola itu bapak-bapak. Kupikir penulis wanita. Udah punya Therese Raquin di tumpukan. Semoga bisa baca secepatnya, jadi tahu gimana gaya nulisnya
Haha...Emile Zola adalah Bapak genre naturalis, coba baca deh, biar tahu juga apa itu naturalisme.
Deletewahaha kayaknya bagus nih, sama kayak Mel ak juga blm pernah baca karya Zola ini
ReplyDeleteGerminal disebut2 masterpiece-nya Zola, Lis. Kalo mau coba, baca Zola yg ini saja.
DeleteSekilas baca tadi aku pikir judulnya Terminal mba *salah fokus*
ReplyDeleteSoal ketidakadilan, massa yg berjuang dg demonstrasi, dan nilai2 sosialisme yg diangkat. Kayaknya memang harus baca buku ini nih, terkait sama keadaan sosial politik negara kita juga kan ya, kayaknya mirip2 situasi di buku itu. Sudah ada terjemahannya kah?
hahaha...itu kan filmnya Tom Hanks sama Catherine Zeta Jones *fokus makin melenceng*
DeleteSayangnya belum ada terjemahannya...
A new favorite? Congrats! -Sarah
ReplyDeleteYep!
Deletebelum baca Zola juga nih, tapi mungkin suatu saat nanti
ReplyDeleteHarus baca, terutama yg Germinal ini, temanya universal!
Deleteahhh zola, zola...belum sempat mengenal karyanya =) ceritanya bener2 tak lekang oleh waktu kayaknya... knp judulnya germinal ya?
ReplyDeleteJudulnya Germinal (diambil dari kata "germination" karena temanya ttg bibit2 kesadaran yg mulai tumbuh.
DeleteI've just started Germinal on my e-pad which means I will be reading it slowly. I only skimmed you review so that it wouldn't spoil anything for me...I'll come back when I've finished it :-)
ReplyDeleteAnd I can't wait to read your thoughts, I loved this book so much!
DeleteI love germinal. Terjemahan versi Gramedia Pustaka Utama juga super keren
ReplyDeleteI love germinal. Terjemahan versi Gramedia Pustaka Utama juga super keren
ReplyDelete