Wednesday, February 29, 2012

The Murder of Roger Ackroyd

Andai pria eksentrik yang sudah pensiun dari profesinya itu tidak memilih kota kecil bernama King’s Abbot untuk melewatkan masa tuanya dengan bertanam labu, pasti pembunuhan itu takkan pernah terungkap.

Serangkaian peristiwa kematian telah terjadi di kota kecil King’s Abbot. Setelah Mr. Ferrars meninggal—banyak orang menduga ia diracuni istrinya—kini King’s Abbot tiba-tiba dikejutkan oleh kematian sang janda itu sendiri. Di rumah Dokter Sheppard terjadi pembicaraan seru akan penyebab kematian Nyonya Ferrars. Caroline, kakak perempuan Dokter Sheppard yang kerjaannya mengorek informasi—dan menyebarkannya secepat ia mendapatkannya—yakin bahwa Nyonya Ferrars bunuh diri karena menyesali perbuatannya. Benarkah demikian?

Selama ini desas-desus telah menyebar di kota bahwa Nyonya Ferrars adalah kekasih Roger Ackroyd, pria terkaya di kota yang memiliki rumah besar bernama Fernly Park. Kematian Nyonya Ferrars mengejutkan Ackroyd, maka ketika ia berjumpa dengan Dokter Sheppard sahabatnya, Ackroyd pun mengundang sang dokter untuk makan malam di rumahnya.

Sementara itu keluarga Sheppard memiliki hal lain yang patut diperdebatkan. Yaitu kedatangan tetangga baru misterius mereka di rumah sebelah. Seorang pria tua pensiunan dari—entah apa pekerjaannya—yang ingin menyendiri dari kebisingan dunia. Caroline yang jago mengorek rahasia orang pun menyerah kalah dan tak bisa menebak jati diri pria misterius yang sedang gemar bertanam labu itu.

Kembali ke Fernly Park, saat Dokter Sheppard datang untuk makan malam, kita pun diperkenalkan kepada tokoh-tokoh kisah ini. Ada Mrs. Ackroyd, ipar Roger Ackroyd yang menjanda; lalu Flora Ackroyd putrid semata wayangnya. Lalu para bawahan Ackroyd: Raymond sang sekretaris efisien, Mrs. Russel si pengurus rumah tangga, dan Parker si kepala pelayan. Dari luar keluarga, ada Hector Blunt—sahabat keluarga yang pendiam dan sedang menginap di sana. Sebenarnya Ackroyd memiliki seorang putra yang bandel dan sering terlibat kesulitan bernama Ralph Paton, yang saat itu sedang jauh dari rumah.

Malam itu merupakan malam terakhir Roger Ackroyd di dunia. Karena hanya beberapa saat setelah Dokter Sheppard tiba di rumah kembali, sebuah panggilan telepon masuk membawa berita bahwa Roger Ackroyd ditemukan telah meninggal dunia di ruang kerjanya. Pasti itu terjadi gara-gara surat yang diterimanya malam itu. Surat terakhir Nyonya Ferrars yang mungkin akan mengungkap jatidiri orang yang selama ini memerasnya. Pemerasan yang harus ia alami karena ada orang yang mengetahui bahwa ia telah meracuni suaminya. Pemerasan yang terlalu menekannya sehingga membuatnya mengambil keputusan untuk bunuh diri. Itulah sebabnya Roger Akroyd kini harus mati…

Polisi segera dipanggil, dan penyelidikan pun segera berlangsung. Namun Flora Ackroyd secara pribadi mengajak Dokter Sheppard untuk berkunjung ke rumah si tetangga misterius, yang ternyata tak lain dan tak bukan adalah Hercule Poirot yang sedang menjalani masa pensiunnya! Ya, M. Poirot sang detektif ternama yang telah membongkar banyak misteri pembunuhan itu ternyata tinggal di King’s Abbot. Dan gara-gara pembunuhan Roger Ackroyd, buyarlah rencananya untuk menyepi sambil bertanam sayuran.

Seperti biasanya Hercule Poirot langsung beraksi dengan keunikan-keunikannya—dibantu oleh sel-sel kecil kelabu otaknya yang sangat dibanggakan itu. Menggantikan posisi Hastings, sahabat yang dikasihi dan dirindukannya, ia menawarkan kesempatan kepada Dokter Sheppard untuk menyelidik bersama. Satu persatu petunjuk terkuak, dan tiap kali selalu menunjuk ke Ralph Paton sebagai pelakunya. Motif, kesempatan, dan kenyataan bahwa Ralph menghilang begitu saja begitu pembunuhan itu terjadi. Benarkah ia pelakunya? Atau seperti biasanya, si pelaku adalah orang yang paling tak mungkin sebagai pelakunya?

The Murder of Roger Ackroyd ini ditulis dalam bentuk sebuah catatan yang ditulis oleh Dokter Sheppard (mencontoh Hastings). Dengan demikian, kisah ini dituturkan dari sudut pandang orang pertama. Dengan piawainya Agatha menulis buku ini seolah memang ditulis oleh pribadi Dokter Sheppard. Seolah lewat kisah ini pula kita mengenal Dokter Sheppard secara personal. Yang jelas, ada perbedaan yang signifikan dengan gaya penulisan kasus Poirot yang dikisahkan oleh Hastings.

Sebenarnya ini adalah kali ketiga aku membaca buku ini. Waktu pertama membaca, aku baru bisa menduga-duga pelakunya pada bab terakhir. Dan memang, kasus ini adalah kasus yang paling tak terduga endingnya dari semua karya Agatha Christie yang pernah kubaca. Bahkan saat kedua dan ketiga aku membaca ulang, aku masih terkesima dengan kepiawaian Agatha untuk menyusupkan petunjuk-petunjuk mulai dari awal kisah. Seperti yang selalu dikatakan Poirot kepada Hastings maupun Dokter Sheppard, kita selalu disediakan semua petunjuk yang ada dari semula. Yang harus kita lakukan adalah tidak mempercayai suatu fakta sebelum terbukti kebenarannya. Dengan membersihkan otak (dan emosi) dari semua praduga, maka mungkin kita akan bisa menyelami pikiran Hercule Poirot dengan sel-sel kelabu kecil milik kita sendiri. Tapi…kalau kita telah tiba pada tahap itu, bukankah membaca novel misteri Agatha Christie akan menjadi membosankan? Aku pribadi lebih suka menikmati kisah-kisah ini apa adanya, apalagi Agatha selalu menyediakan studi psikologi yang menarik dari profil pembunuhnya, seperti juga si pembunuh Roger Ackroyd di kisah ini. Sangat menarik!

Pembunuhan Atas Roger Ackroyd—yang menjadi judul terjemahan buku ini—merupakan salah satu dari 3 karya terfavoritku dari Agatha Christie. Buku ini juga satu-satunya karya Agatha yang masuk ke dalam daftar 1001 books to read before you die. Lima bintang untuk buku ini!

Judul: The Murder of Roger Ackroyd
Judul terjemahan: Pembunuhan Atas Roger Ackroyd
Penulis: Agatha Christie
Penerjemah: Maria Regina
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: 1990
Tebal: 338 hlm

10 comments:

  1. ini salah satu yang mengejutkan :)

    ReplyDelete
  2. Yang istimewa di buku ini adalah bagaimana Agatha "mengecoh" pembaca.. karena kita diposisiskan ngga bisa membaca apa yang dipikirkan Hercule Poirot, tau tau jeng jeng!! hehehe..

    ReplyDelete
  3. Ini memang salah satu buku Agatha paling fenomenal menurutku (selain 10 anak negro dan buku catatan josephine hehe). Endingnya luar biasa nggak tertebak, dan bisa bikin kita terbengong2 lama sesudah membacanya. Keren!

    ReplyDelete
  4. Loh dibaca 3 kali? wahahaha udah spoiler2 duluan donk sebelum baca ulang wkekek di Vixxio ada obral novel ini ngak mbak?

    ReplyDelete
  5. Aaaang reviewnya bikin gemes deh. Masukin buku ini ke wishlist aaah~

    ReplyDelete
  6. Mungkin baca yang ini aja kali ya, soalnya keliatan seruu.. Apalagi dapet lima bintang! :D

    ReplyDelete
  7. novel Agatha Christie yang paling berkesan dan paling saya ingat ending kisahnya yang sangat amat tidak terduga sama sekali itu... :))*tepokjidat* *gelenggelengkepala*

    ReplyDelete
  8. Wih! Saya baru tahu kalau ini yang buku satu-satunya yang masuk list 1001 buku yang harus dibaca, perasaan dulu pernah baca tapi ko lupa-lupa ingat ya? Kapan-kapan baca ulang ah!

    ReplyDelete
  9. 3 times! Well, that says something, doesn't it? I didn't realize this was the only Agatha Christie book on the 1001 list - but as I am working my way through that list, I'll be sure to read this one!

    ReplyDelete
  10. Yeah, sesuatu yang "tidak menonjolkan diri" adalah jawaban dari kisah ini :D
    Salah satu karya Agatha Christie yang paling menarik yang pernah saya baca. Selain "And then there were none.." atau "10 anak negero" tentunya.

    ReplyDelete

What do you think?