Ini adalah salah satu buku yang menurutku kontroversinya melebihi kekuatan kisahnya sendiri. D.H Lawrence mulai menulis buku ini di tengah kemuraman jaman setelah Perang Dunia I usai. Dari Midland, Inggris-tempat tinggalnya, ia melihat banyak kepesimisan dalam hidup orang-orang. Manusia menjadi lebih kaku, dingin dan mengagungkan intelektualitasnya sebagai yang utama dalam hidup, dan melupakan kehangatan jiwa pada sesama dan bahkan pada pasangannya.
Lawrence kemudian menuangkan kecamannya terhadap industrialisme yang menurutnya menjadi salah satu penyebab perubahan ini, ke dalam bentuk seksualitas wanita. Lebih tepatnya, Lawrence menganalogikan kebebasan dari kungkungan kesombongan itu lewat (maaf) seks, persetubuhan dan orgasme. Ketiga hal inilah yang membuat novel ini sempat melahirkan kontroversi karena pada jaman itu ketiga hal itu dianggap tabu, apalagi kalau dibeberkan secara eksplisit. Selain itu, buku ini juga bertutur tentang perselingkuhan pria dan wanita dari dua strata sosial yang jauh berbeda, yakni bangsawan dan pekerja.
Constance “Connie” Reid adalah wanita muda yang sedang mekar, besar di keluarga yang cukup liberal dan telah berkeliling dunia serta mengenyam kebebasan, sebelum akhirnya menikah dengan seorang bangsawan bernama Clifford Chatterley. Sebulan setelah pernikahan itu, Clifford harus berangkat perang, untuk kemudian pulang sebagai orang cacat, lumpuh dari pinggang ke bawah dan membuatnya impoten. Kelumpuhan itu bukan saja menyerang Clifford secara fisik, namun rupanya juga secara mental. Artinya, Clifford menjadi dingin dan kaku, makin arogan dan percaya bahwa hal-hal manusiawi seperti sentuhan fisik dan cinta adalah omong kosong, dan malah mengagungkan akal intelektualnya.
Connie merasa kecewa, kesepian, layu dan hampa dalam kehidupan di Wragby Hall, rumah muram mereka, dalam kungkungan perkawinan yang tak bahagia. Sampai suatu hari secara tak sengaja ia menemukan pondok seorang penjaga hutan yang dipekerjakan Clifford. Mellors, si penjaga hutan, ternyata pria yang tampan dan “terhormat”, meski berasal dari kalangan rakyat biasa. Mellors adalah veteran perang yang kini hidup sendirian setelah bertengkar kemudian berpisah dari istrinya. Sejak saat itu ia tak mau mendekati wanita dan mengalami cinta. Namun Connie mengubah segalanya…
Singkat kata, Connie dan Mellors berselingkuh. Kadang mereka bercinta di pondok, kadang di gubuk, kadang bahkan di alam terbuka di tengah hutan. Melakukannya bersama Mellors, Connie menemukan “kebebasan”. Dalam kebersamaan dengan Mellors, ia tak lagi hanya sebagai Putri Chatterley, namun benar-benar sebagai seorang wanita dengan kewanitaannya yang lengkap. Connie akhirnya hamil, dan saat itupun muncul masalah. Bagaimana masa depan Connie dan Mellors, dapatkah mereka bersatu seperti pasangan normal lainnya? Ataukah Connie tetap harus mempertahankan perkawinannya dengan Clifford dan menjadikan bayi itu penerus Wragby? Dapatkah masyarakat menerima skandal mereka?
Membaca buku ini diperlukan konsentrasi yang lumayan tinggi, karena selain kebanyakan berupa narasi yang sarat kriktik, penerjemahannya pun agak kurang pas di sana-sini. Ditambah dengan uraian panjang tentang situasi sosial dan politik jaman itu yang tidak aku pahami sepenuhnya, membuat aku kadang melompat ke halaman berikutnya. Terlepas dari hal-hal itu, Lady Chatterley’s Lover ini memang bacaan yang unik. Kalau dibandingkan dengan bacaan-bacaan modern, sebenarnya erotisme di buku ini tidaklah terlalu vulgar, karena Lawrence mampu mengungkap hal-hal tabu itu dengan bahasa yang indah, sehingga menyisakan ruang bagi pembaca untuk berimajinasi sendiri.
Buku ini juga masuk ke dalam (buku): Buku-Buku Yang Mengubah Dunia karya Andrew Jackson, bersama 49 buku lainnya. Buku ini dianggap membawa perubahan besar dalam bidang sastra. Selama lebih dari 30 tahun buku ini dilarang beredar di Inggris dan Amerika. Bahkan setelah ditulis tahun 1920, sempat beredar setidaknya tiga versi bajakan di negara-negara tersebut. Versi asli buku ini juga sempat ditulis ulang hingga tiga kali, sebelum akhirnya ada sebuah penerbit yang bersedia menerbitkan tulisan D.H. Lawrence ini dan menjualnya dengan harga lebih murah dari bajakan. Versi terakhir ini menyertakan juga catatan panjang yang ditambahkan Lawrence ke dalam buku ini, menjelaskan panjang lebar tanggapan dan proses pengerjaan buku ini.
Melalui persidangan di Amerika dan Inggris, akhirnya buku ini diijinkan terbit secara legal pada tahun 1959 dan 1960. Kasus ini akhirnya menjadi semacam pendobrak bagi penyensoran sastra yang telah berlangsung lama di Inggris. Tak heran bila sekarang semakin banyak novel yang menyertakan unsur-unsur erotis sebagai bumbu cerita, yang sudah menjadi makin biasa bagi kita. Namun pendobrak awalnya, adalah D.H. Lawrence bersama Lady Chatterley’s Lover-nya. Tiga bintang untuk buku unik ini!
Judul: Lady Chatterley’s Lover
Penulis: D.H. Lawrence
Penerjemah: Arfan Achyar
Penerbit: Alvabet
Terbit: Desember 2008
Tebal: 586 hlm
Lawrence kemudian menuangkan kecamannya terhadap industrialisme yang menurutnya menjadi salah satu penyebab perubahan ini, ke dalam bentuk seksualitas wanita. Lebih tepatnya, Lawrence menganalogikan kebebasan dari kungkungan kesombongan itu lewat (maaf) seks, persetubuhan dan orgasme. Ketiga hal inilah yang membuat novel ini sempat melahirkan kontroversi karena pada jaman itu ketiga hal itu dianggap tabu, apalagi kalau dibeberkan secara eksplisit. Selain itu, buku ini juga bertutur tentang perselingkuhan pria dan wanita dari dua strata sosial yang jauh berbeda, yakni bangsawan dan pekerja.
Constance “Connie” Reid adalah wanita muda yang sedang mekar, besar di keluarga yang cukup liberal dan telah berkeliling dunia serta mengenyam kebebasan, sebelum akhirnya menikah dengan seorang bangsawan bernama Clifford Chatterley. Sebulan setelah pernikahan itu, Clifford harus berangkat perang, untuk kemudian pulang sebagai orang cacat, lumpuh dari pinggang ke bawah dan membuatnya impoten. Kelumpuhan itu bukan saja menyerang Clifford secara fisik, namun rupanya juga secara mental. Artinya, Clifford menjadi dingin dan kaku, makin arogan dan percaya bahwa hal-hal manusiawi seperti sentuhan fisik dan cinta adalah omong kosong, dan malah mengagungkan akal intelektualnya.
Connie merasa kecewa, kesepian, layu dan hampa dalam kehidupan di Wragby Hall, rumah muram mereka, dalam kungkungan perkawinan yang tak bahagia. Sampai suatu hari secara tak sengaja ia menemukan pondok seorang penjaga hutan yang dipekerjakan Clifford. Mellors, si penjaga hutan, ternyata pria yang tampan dan “terhormat”, meski berasal dari kalangan rakyat biasa. Mellors adalah veteran perang yang kini hidup sendirian setelah bertengkar kemudian berpisah dari istrinya. Sejak saat itu ia tak mau mendekati wanita dan mengalami cinta. Namun Connie mengubah segalanya…
Singkat kata, Connie dan Mellors berselingkuh. Kadang mereka bercinta di pondok, kadang di gubuk, kadang bahkan di alam terbuka di tengah hutan. Melakukannya bersama Mellors, Connie menemukan “kebebasan”. Dalam kebersamaan dengan Mellors, ia tak lagi hanya sebagai Putri Chatterley, namun benar-benar sebagai seorang wanita dengan kewanitaannya yang lengkap. Connie akhirnya hamil, dan saat itupun muncul masalah. Bagaimana masa depan Connie dan Mellors, dapatkah mereka bersatu seperti pasangan normal lainnya? Ataukah Connie tetap harus mempertahankan perkawinannya dengan Clifford dan menjadikan bayi itu penerus Wragby? Dapatkah masyarakat menerima skandal mereka?
Membaca buku ini diperlukan konsentrasi yang lumayan tinggi, karena selain kebanyakan berupa narasi yang sarat kriktik, penerjemahannya pun agak kurang pas di sana-sini. Ditambah dengan uraian panjang tentang situasi sosial dan politik jaman itu yang tidak aku pahami sepenuhnya, membuat aku kadang melompat ke halaman berikutnya. Terlepas dari hal-hal itu, Lady Chatterley’s Lover ini memang bacaan yang unik. Kalau dibandingkan dengan bacaan-bacaan modern, sebenarnya erotisme di buku ini tidaklah terlalu vulgar, karena Lawrence mampu mengungkap hal-hal tabu itu dengan bahasa yang indah, sehingga menyisakan ruang bagi pembaca untuk berimajinasi sendiri.
Buku ini juga masuk ke dalam (buku): Buku-Buku Yang Mengubah Dunia karya Andrew Jackson, bersama 49 buku lainnya. Buku ini dianggap membawa perubahan besar dalam bidang sastra. Selama lebih dari 30 tahun buku ini dilarang beredar di Inggris dan Amerika. Bahkan setelah ditulis tahun 1920, sempat beredar setidaknya tiga versi bajakan di negara-negara tersebut. Versi asli buku ini juga sempat ditulis ulang hingga tiga kali, sebelum akhirnya ada sebuah penerbit yang bersedia menerbitkan tulisan D.H. Lawrence ini dan menjualnya dengan harga lebih murah dari bajakan. Versi terakhir ini menyertakan juga catatan panjang yang ditambahkan Lawrence ke dalam buku ini, menjelaskan panjang lebar tanggapan dan proses pengerjaan buku ini.
Melalui persidangan di Amerika dan Inggris, akhirnya buku ini diijinkan terbit secara legal pada tahun 1959 dan 1960. Kasus ini akhirnya menjadi semacam pendobrak bagi penyensoran sastra yang telah berlangsung lama di Inggris. Tak heran bila sekarang semakin banyak novel yang menyertakan unsur-unsur erotis sebagai bumbu cerita, yang sudah menjadi makin biasa bagi kita. Namun pendobrak awalnya, adalah D.H. Lawrence bersama Lady Chatterley’s Lover-nya. Tiga bintang untuk buku unik ini!
Judul: Lady Chatterley’s Lover
Penulis: D.H. Lawrence
Penerjemah: Arfan Achyar
Penerbit: Alvabet
Terbit: Desember 2008
Tebal: 586 hlm
congrat yah blog klasiknya..
ReplyDeletesemoga bermanfaat bagi orang lain :0
tetapa semangat mbak.
@helvry: thanks... eh kamu pengunjung pertama rumahku yg ninggakin jejak loh..
ReplyDeletekeren! aku pengunjung ke-2 yg berjejak ya,,, :)
ReplyDeletedri crita dan snopsisnya klihtannya bgus...
ReplyDeletejdi pgin bli nich....
kra2 msih da g y di tko bku...
blognya keren Mba.. berguna banget, makasih y^^
ReplyDelete