Bab 2 Kitab
Yesaya membicarakan dua hal: nubuat tentang “kerajaan damai” yang akan datang,
sekaligus kecaman dan hukuman yang disediakan Tuhan bagi orang yang meninggikan
diri. Yesaya menubuatkan bahwa pada jaman akhir, manusia akan berpaling dan
berbondong-bondong menuju ke “rumah” Tuhan, karena disanalah akan ada kedamaian
yang sesungguhnya, di mana takkan ada lagi kejahatan dan permusuhan. Pada ayat
4 ada ungkapan yang indah untuk menggambarkan kondisi itu, di mana pedang akan
ditempa menjadi mata bajak, dan tombak akan menjadi pisau pemangkas.
Perikop
tentang hukuman jauh lebih unik dan menarik. Di sini Yesaya kadang berbicara
pada Tuhan, kadang pada umat Israel. Pada Tuhan, Yesaya seolah-olah begitu
marahnya sehingga seolah “mengompori” Tuhan untuk tidak mengampuni mereka (Yes
2:9):
Maka manusia ditundukkan
dan orang direndahkan—
janganlah ampuni mereka!
Sedang pada
umat Israel, Yesaya menunjukkan akibat kemarahan Tuhan yang akan terjadi. Hal menarik
di sini adalah bagaimana Yesaya menggunakan metafora benda-benda yang tinggi
menjulang (gunung, pepohonan, tembok, menara) untuk menggambarkan kesombongan
manusia yang ingin melebihi Tuhan. Yesaya pun menutup bab ini dengan indah,
dengan mengungkapkan keputus-asaannya melihat kesombongan Israel. Di sini ia
seolah berbicara pada diri sendiri—monolog?? (Yes 2:22):
Jangan berharap pada manusia,
sebab ia tidak lebih daripada
embusan nafas,
dan sebagai apakah ia dapat
dianggap?
Di bab 3
Yesaya menunjukkan hukuman bagi orang-orang yang dianggap menyesatkan umat.
Tuhan akan mengambil para pemimpin dan orang-orang yang dapat diandalkan, lalu
membiarkan bangsa itu dipimpin orang-orang muda, yang tentu akan menimbulkan
kekacauan. Maka tepatlah ayat 11 ini:
Celakalah orang fasik! Malapetaka akan
menimpanya,
sebab mereka akan diperlakukan
menurut perbuatannya sendiri.
Mereka telah
menyesatkan bangsanya sendiri, maka sekarang malapetaka menimpa seperti
berbuatan mereka, yaitu berupa kekacauan yang melanda bangsa itu. Hukuman yang
menimpa wanita-wanita Sion yang rusak moralnya juga unik, yaitu dengan
mengganti rempah harum menjadi busuk, dll.
Bab 4
memiliki keunikannya sendiri juga. Pertama, karena dalam 1 bab ada dua kondisi
yang berkebalikan. Ayat 1 menggambarkan puncak kemalangan bangsa Israel, yaitu sampai-sampai
tujuh perempuan akan memaksa satu laki-laki untuk memperistri mereka,
menunjukkan begitu menderitanya mereka karena hukuman Tuhan. Lalu, tiba-tiba
pada ayat 2 ada perubahan tema. Di sini digambarkan bagaimana umat Israel yang
terluput dari amarah Tuhan akan mengalami kekudusan dan selalu dilindungi
Tuhan.
Keunikan
kedua, adalah, bila dari awal bab 1 s/d 3, penulisan nubuat Yesaya selalu dalam
bentuk puisi, maka khusus pada bab 4 ini bentuknya beralih ke prosa. Aku
membayangkan saja….mungkin Yesaya mengalami penglihatan yang sangat intens dan menggetarkan;
begitu mengerikan, sekaligus begitu kudus, hingga ia langsung menuliskannya apa
adanya. Ini hanya interpretasiku saja….
No comments:
Post a Comment
What do you think?