Tuesday, May 15, 2012

Nobody’s Boy


[conclusion in English is at the bottom of this post]

Aku seorang anak pungut”. Itulah empat kata ungkapan pembuka kisah ini yang—bagiku—menyimpan makna yang sangat mendalam. Pada usia delapan tahun Remi baru mengetahui bahwa ia bukanlah anak Mrs. Barberin—istri petani miskin—yang selama ini menghujaninya dengan curahan kasih sayang. Mr. Barberin memungut Remi saat masih bayi karena mengharap orang tua aslinya—yang diperkirakan kaya raya dari pakaian si bayi Remi—akan mengambilnya kelak, dan keluarga Baberin akan mendapat uang. Sayang si orang tua asli tak kunjung datang, maka Mr. Barberin menjual Remi kepada seorang musisi jalanan bernama Signor Vitalis, di luar ijin Mrs. Barberin.

Maka dimulailah perjalanan sulit Remi di jalanan kota Paris. Signor Vitalis adalah seorang tua yang berkelana bersama tiga ekor anjing dan seekor monyet. Mereka bepergian antar kota dan desa, dan mengadakan pertunjukan mirip sandiwara keliling untuk memperoleh uang demi makanan dan (kadang-kadang) tempat berteduh. Remi pun mulai belajar bersandiwara, serta bermain musik menggunakan harpanya. Ia juga belajar membaca dan menulis dari Signor Vitalis, yang lama kelamaan menjadi figur seorang ayah baginya. Di saat gerompolan mereka sudah saling menyayangi hingga mirip seperti keluarga—yang sangat didambakan Remi—keadaan pun memburuk.

Setelah itu Remi mengalami jatuh bangun berkali-kali, namun dari pengalaman-pengalaman itu Remi sedikit demi sedikit belajar tentang kehidupan. Bila awalnya ia mendambakan hidup dalam keluarga kaya dengan rumah bagus seperti milik Arthur dan Mrs. Milligan, lambat laun ia menyadari bahwa kasih sayang dan persahabatan adalah ‘home’ yang sesungguhnya ia rindukan.

Beberapa quotes yang aku sukai:
“Aku sayang anak itu, dan dia sayang padaku. Pelajaran hidup yang kuberikan padanya akan baik untuknya, jauh lebih baik dari yang akan dia peroleh bersama Anda. Anda akan memberinya pendidikan, itu benar; Anda akan membentuk pikirannya, tetapi bukan karakternya. Hanya dengan belajar menghadapi kesulitan-kesulitan hidup karakter orang akan terbentuk.” [Signor Vitalis] ~hlm. 134.

“Sapi yang kauberikan padaku sewaktu masih miskin akan jauh lebih berharga bagiku disbanding apa pun yang bisa kauberikan padaku setelah kau kaya, Remi.” [Mrs. Barberin] ~hlm. 135.

Tiga bintang untuk Nobody’s Boy.

Judul: Nobody’s Boy (Sebatang Kara)
Penulis: Hector Malot
Penerjemah: Tanti Lesmana
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: April 2010
Tebal: 384 hlm

Conclusion:

Nobody's Boy plot is actually quite ordinary, and I think it’d fit better into young adult or pre-teen books. It uses mild language, easy-to understand sentences (at least the one which is presented in the translated version I read), and the story flows without a certain emphasis to the characters. Hector Malot’s message was quite clear, which is about friendship, loyalty and affection. The essence of this story is Remi’s search for love and family, and life lessons he got from wandering along with Signor Vitalis and the gang. Nobody’s Boy became one of all time stories, perhaps, because of the unique figure of Signor Vitalis and his travelling artist group, his mysterious background, as well as the tour and adventures with which we experience together with Remi throughout the story, between France and Italy.

Three stars for Nobody’s Boy!

2 comments:

  1. wuah, hanya 3 bintang ya. Kalo aku suka, jadi 4 bintang :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku lumayan suka kok, hanya menurutku biasa saja, jadi ya cuma 3..

      Delete

What do you think?